Thursday, August 11, 2011

Mahasiswa Baru + HP Android

Siang itu saya melewati mahasiswa-mahasiswa baru yang tengah beristirahat dari kepenatan kegiatan orientasi kampus. Mahasiswa teknik tersebut sangat asyik bercakap-cakap yang pada intinya salah seorang diantaranya sedang mencari HP ber-OS Android untuknya. Kalau melihat trend saat ini, wajar sekali seorang mahasiswa sudah dilengkapi dengan fasilitas seperti itu, atau bahkan PC tablenya Mac. Hal tersebut wajar karena menunjukkan mahasiswa tidak lagi “gatek”.

Meski sangat wajar, beberapa teman menyoroti bahwa sejauh mana fasilitas tersebut mampu mendukung aktifitas perkuliahannya? Jangan-jangan fasilitas tersebut hanya digunakan sebatas untuk sms. Padahal melalui fasilitas tersebut mahasiswa dapat lebih banyak mampu menulis, hatta itu hanya dalam sebuah blog atau forum-forum ilmiah dan sosial masyarakat, tapi bukan hanya dalam FB untuk menunjukkan betapa narsis atau melankolis dirinya sebagai seorang mahasiswa. Kenyataan menunjukkan bahwa saat ini fasilitas yang memadai tersebut lebih banyak dimanfaatkan dalam jejaring sosial. Belum optimal atau mengangkat prestasi mahasiswa. Jangankan mengangkat prestasi, sebagian mahasiswa masih malas untuk membaca literatur padahal literatur banyak tersedia di dunia maya, dan mereka gak perlu capek-capek print karena PC tablet atau HP mereka mampu membaca file pdf.

Belum lagi masalah seberapa jauh pemanfaatan fasilitas tersebut, masalah lain yang juga perlu dilihat adalah apakah adanya fasilitas tersebut dapat memunculkan gap antara yang berpunya dan tidak berpunya. Oleh karena itu, saya bertanya-tanya, saat ini, masih adakah mahasiswa saat ini yang berfikir bisakah nanti saya bayar SPP, cukup gak ya uang bulanan dari ortu, bisa gak ya beli peralatan pendukung kuliah? Jangan-jangan mahasiswa seperti ini emang sudah tidak ada yang artinya tingkat kesejahteraan masyarakat udah meningkat. Boleh jadi semua perkataan bahwa tingkat kemiskinan turun sekian persen, kesejahteraan meingkta sampai level sekian dst yang dikampanyekan pemerintah benar adanya, atau malah sebaliknya. Tidak adanya mahasiswa yang pusing dengan uang kuliah karena ternyata mereka tidak bisa memasuki dunia perkuliahan ? Hal ini juga mungkin saja terjadi karena hampir semua universitas negeri mengurangi kuota mahasiswa dari jalur tes SNMPTN (dulu UMPTN). Pengurangan kuota tersebut antara 20-40%. Sebagai contoh, sebuah jurusan dengan kuota 50 hanya mengalokasikan 30 orang untuk SNMPTN, sisanya untuk jalur “Semi Swasta alias Berbayar Mahal”. Andaikan ada seorang anak kurang mampu, dengan kemampuan biasa-biasa saja berada dalam urutan ke 40 untuk jurusan yang dipilih tersebut, otomatis dia tidak diterima. Kemudian yang akan diterima adalah mahasiswa2 lain yang mendaftar lagi dengan jalur semi swasta tersebut, sedangkan calon mahasiswa kurang mampu tadi harus menggigit jadi.

Terlepas dari akurasi data untuk jastifikasi argumen tersebut, kini pada kenyataannya mahasiswa barupun sudah pakai Android……

Selamat datang mahasiswa baru…

No comments:

Post a Comment